-->
no fucking license
Bookmark

Puisi: Lingkar Pohon Manusia

Lingkar Pohon Manusia


Rambut mulai memutih kulit mengeriput mata merabun gigi mulai rontok telinga kehilangan tajam hanya waktulah yang setia menemaniku mengikuti semua perubahan menjalani semua kehilangan senyum di bibir hiburan hati yang meratap jantung kehilangan irama menuju sunyi yang panjang

Rambut tulang daging akan kembali ke tanah tanahlah yang pada akhirnya memelukku dengan cinta siapa Engkau yang mengaku-ngaku dekat dengan diriku aku tidak pernah melihat uluran tanganmu apalagi merasakan dekapanmu saat aku tenggelam hanya tangan yang melambai siapa Engkau berani sekali menilaiku cukuplah Tuhan mengganjarku kau tidak perlu merepotkan diri jika pohon memiliki lingkar tahun dahiku pun punya lipatan usia tak ada yang tersisa untuk diwariskan selain nama yang kian lama lambat laun pun memudar kita semua menunggu dekapan terbaik semesta hanya menghitung nafas tinggal berapa hirupan aku sudah diam teriakanku ditelan senyap aku tutup mataku takkan ada yang hadir jika aku datang ke dalam mimpimu akuilah kita pernah bersama akuilah kau mengenalku

East, 26 November 2022


https://tenor.com/

Adakah?


Adakah yang akan menangis untukku
Ketika tiba saatnya aku benar-benar harus pergi?
Adakah yang akan datang dan mengantar kepulanganku?
Adakah yang akan mengusap nisanku dengan embun airmata?
Adakah yang setia mengenang satu saja kebaikanku?
Adakah yang rela memaafkanku dan melepasku dengan tenang?
Adakah yang mengikhlaskan tanggunganku yang belum sempat terbayar?
Adakah yang akan menyimpan fotoku?
Adakah yang sesekali menyebut namaku kelak?
Adakah yang akan mengirimi satu saja Fatihah?
Adakah?

East, 24 November 2022



Kisah yang belum selesai di dunia


Tahun kembar kemarin adalah
Momen terakhir buka puasa terakhir
Bersama kalian
Komposisi lengkap itu adalah
Pemandangan terakhir yang hanya
Bisa dikenang manis yang makin
Memahit dan memahat luka
Jika kalian mengingatnya menangislah
Peras dari kelopak matamu setetes saja
Berharga tuk menghormati kenangan itu
Bahwa kita pernah jadi keluarga
Bahwa kita pernah dalam satu rangkul pelukan
Jangan pernah usir bayangan wajah ini
Jangan pernah usai walau tubuh ini kelak ditanam
Sambutlah kehadiranku di dalam alam setelah ini
Siapa tahu kita masih berjodoh melanjutkan
Kisah yang belum selesai di dunia

East, 13 Desember 2022



Dalam Ruang Kesendirian


Menurutku memasuki masa tua adalah peristiwa yang sangat mengerikan. Rambut mulai memutih. Gigi mulai rontok. Kulit tampak mengeriput. Kantong mata makin jelas tanda menuanya. Penglihatan tidak lagi jelas. Banyak hal seperti terlepas dari ingatan. Begitu banyak pantangan jangan makan ini itu. Penyakit yang tidak ada di masa muda juga menghampiri. Tangan dan kaki sedikit Tremor dan sebagainya.

Kondisi tersebut makin menyeramkan ketika harus dihadapi sendirian. Tanpa ada seseorang yang dekat menemani perjalanan menuju akhir kisah kehidupan. Menghadapi cuaca dingin sendirian. Makan tanpa ada yang menyiapkan. Tidur sendirian. Walaupun berkumpul dengan banyak manusia, tapi hidup menjalani masa tua tanpa seorang pun yang menghitung napas. Hanya kenangan yang setia menemani.

Sungguh masa tua yang berjalan itu benar-benar mengerikan. Apakah seperti itu kesendirian di dalam kubur? Hidup dalam ruang kesendirian.



Selebihnya aku telah kehilangan


Sesuap nasi diantar tangis
Didorong telur dadar duka
Sangat jelas teringat
Suguhan makan malam
Dari tangan dan olahan hatimu
Aku merindukannya

Sungguh tiap suapan ini
Melukai kesedihan tak henti
Sepiring nasi dan telur dadar kesendirian
Lebih menyakitkan dari kematian
Hanya napas yang kusyukuri

Selebihnya aku telah kehilangan

East, 23 November 2022


Selimut Biru


Selimut ini sama warnanya
Biru
Sama dengan selimut yang pernah menghangati kita
Walau tak setebal dulu
Masih cukup melindungi dari dinginnya
Kesepian
Walau sewarna tapi tak lagi
Berdua di dalamnya
Hanya ingatan yang sungguh setia
Bisa saja aroma tubuh
Yang melekati selimut itu
Dicuci bersih namun kenangan bersamamu
Takkan pernah lenyap
Selimut biru itu saksi kebersamaan
Yang kan kubawa mati

East, 23 November 2022



Jarak Jendela dan Bintang


Jendela itu tempatku menengadah langit
Menatapi bintang
Tempat berbincang tentang keluh kesah ku
Jendela itu kini tersisa dalam ingatan
Sepertinya tak perlu mencemaskannya
Jendela itu tetap di tempatnya
Pasti ada tangan yang membuka dan menutupnya
Mengganti cahaya dan udara
Jarak antara ingatan ke jendela itu
Sejauh terlepasnya ikatan karena jarak itu sendiri

East, 221122



Jika ...


Kini aku sungguh merasakannya
Dia sudah tidak di sisiku
Seperti kematian merenggut
Mungkin lebih menyeramkan
Apa yang bisa kukatakan padamu
Iya aku menerima takdir
Jika memang ini bagianku
Namun jika masih doa untuk ini
Berfungsi dengan baik
Maka kuminta dengan sungguh mengiba
Kembalikan semua yang pernah kaupinjamkan
Pinjamkan kembali lebih baik dari semula

Jika ...
10 komentar

10 komentar

Ngarep (basa Jawa) yang artinya berharap. Ngarep.net mencoba membagikan gagasan mengarahkan prioritas kebutuhan di atas keinginan. Jika ada tanggapan, silakan kirim komentar. Terima kasih atas kunjungan anda. Saya doakan yang mengunjungi dan atau komen, kalau muslim semoga naik haji, kaya raya, dan masuk surga. Aamiin
  • Cholid Munif
    Cholid Munif
    4 Juni 2023 pukul 06.36
    Saya sangat menikmati setiap pilihan katanya. 👍

    Selingan sendu di tengah bahagia

    Terkadang memang butuh jeda melihat kedalam dan sekeliling untuk menikmati setiap proses.
    • Cholid Munif
      Naila RR
      4 Juni 2023 pukul 14.16
      Terima kasih Mas Cholid Munif, sangat bijak
    Reply
  • Anonim
    Anonim
    4 Juni 2023 pukul 05.46
    Kadang ada kenikmatan tersendiri saat meresapi kesenduan hidup
    • Anonim
      Naila RR
      4 Juni 2023 pukul 14.15
      Terima kasih reng bara'
    Reply
  • Ummi
    Ummi
    3 Juni 2023 pukul 23.46
    Mantap
    • Ummi
      Naila RR
      4 Juni 2023 pukul 14.14
      Terima kasih Bu Ummi
    Reply
  • Muhajir Syam
    Muhajir Syam
    3 Juni 2023 pukul 21.44
    Andai tak ada lagi
    Selembar daun melambai
    Jemari tangan nan lunglai
    Kan setia merangkai
    Aksara demi Aksara terus terangkai
    Meski mata air atau air mata berderai
    Menggunjam tawa tak berdawai
    Bagiku
    Kau tetap mentari
    Tak lelah menyinari
    Menyulut kobaran api
    Dari percikan literasi
    Di Sanubari yg hampir mati

    Ganding, 03 Juni 2023
    • Muhajir Syam
      Naila RR
      4 Juni 2023 pukul 14.14
      Terima kasih balasan Puisinya jadi memercik makin terang
    Reply
  • Anonim
    Anonim
    3 Juni 2023 pukul 19.50
    Jika
    ..
    • Anonim
      Anonim
      3 Juni 2023 pukul 19.51
      Ada apa dengan Jika...
    Reply